ArtScience Museum di Singapura Benderang Kala MalamArtScience Museum di Singapura Benderang Kala Malam

Warna dan Bentuk

Warna dan Bentuk

Ketiadaan warna tidak serta-merta dianggap sesuatu yang minimal.  Sekalipun beberapa seniman memilih berkarya dengan warna hitam, putih, atau abu-abu, seniman lain memilih untuk menggabungkan warna alami atau netral, dengan bahan industri berwarna cerah seperti perspex, logam, atau cat. Dengan bekerja secara sistematis, dan menggunakan garis serta bentuk sederhana, banyak seniman, termasuk yang terlihat di galeri ini, dapat menggunakan warna untuk menciptakan bentuk geometris abstrak dan tegas yang menampilkan estetika super minimalis.

Warna tegas juga digunakan dalam seni pahat dan instalasi minimalis. Apabila warna mencolok dan bentuk serta bangun dibuat sederhana, pengunjung didorong untuk memperhatikan ruangan di sekelilingnya dan di antara objek seni, alih-alih objek tersebut.  Dengan demikian, karya seni menarik perhatian terhubung dengan ruang penempatannya.

Seniman dalam galeri: Chen Shiau-Peng, Carmen Herrera, Donald Judd, Anish Kapoor, Jeremy Sharma
Karya seni yang ditampilkan
Untitled (85-033) karya Donald Judd (1985)
Koleksi Pribadi, Korea

Untitled (85-033) karya Donald Judd (1985)

Lukisan di atas aluminium
30 x 180 x 30 cm

Donald Judd menyebut banyak karya seni Minimalisnya, terutama karyanya pada dinding datar, sebagai ‘objek khusus’. Bagi Judd, objek tersebut sekaligus menampilkan aspek lukisan dan seni pahat, tetapi tidak sepenuhnya jatuh pada salah satu kategori. Jajaran elemen berbentuk kotak yang saling dikaitkan dan dipasang pada tembok jelas merupakan objek pahat tiga dimensi, sedangkan pilihan warna serta pendekatan sistematis sang seniman untuk menentukan penempatannya lebih condong ke gaya lukis. Karya yang dipamerkan dalam galeri ini dibuat lebih dari satu dekade setelah pahatan besar berbasis lantai yang dipamerkan lebih awal di sini. Banyak orang menganggap karya ini menunjukkan kembalinya sang seniman dalam menggunakan warna, padahal sebenarnya dia selalu memperhitungkan warna dalam karyanya, khususnya warna alami dasar atau bahan industri yang kerap digunakannya.

Sunday karya Carmen Herrera (1978)
Milik seniman terkait dan Lisson Gallery

Sunday karya Carmen Herrera (1978)

Akrilik di kanvas, 162,6 x 106,7 cm

Pada 1950-an di New York, Carmen Herrera menjumpai kancah seni yang tidak terlalu ramah. Popularitas Ekspresionisme Abstrak tengah mencapai puncaknya dan sebagai wanita Amerika Latin, Herrera pun terabaikan. Alih-alih merasa kerdil, dia justru mendapatkan kebebasan. Gaya lukisan geometris tegasnya yang tetap dipertahankan hingga hari ini hanya menyapukan dua atau tiga warna. Herrera menganggap lukisannya sebagai objek pahat, dengan struktur fisik kanvas sebagai alat bantu komposisi untuk memperhitungkan lingkungan galeri di sekelilingnya. Tiga lukisan dari seri Days of the Week yang dipamerkan di sini menunjukkan ketertarikannya yang tidak lekang waktu akan keterkaitan antara figur dan alas.

Karya yang juga dipamerkan:
- Friday (1978)
- Thursday (1975)

My Galleries VI–All Identical? (Surface–Entirety) karya Chen Shiau-Peng (2012–2016)
Milik seniman terkait dan Main Trend Gallery, Taipei

My Galleries VI–All Identical? (Surface–Entirety) karya Chen Shiau-Peng (2012–2016)

Akrilik di kanvas, 8 bagian, 112 x 112 cm (masing-masing)

Karya Minimalis dari seniman Taiwan Chen ini ditandai dengan bentuk geometris sederhana dan abstraksi tegas yang melibatkan sejumlah warna. Karya Chen kerap diciptakan sebagai tanggapan atas bentuk arsitektur, sehingga bentuknya dimulai dengan ruang tiga dimensi. Untuk seri ini, sang seniman menanggapi kontur gedung galeri, perasaannya, dan kesan gedung tersebut. Karyanya — yang hampir terlihat seperti logo — dikelompokkan ke dalam dua bagian, salah satunya mewakili keseluruhan eksterior, gedung sedangkan bagian lainnya berfokus pada detail yang paling menarik perhatian sang seniman.

Spectrum Version 3 (The Monologues) karya Jeremy Sharma (2018)
Milik seniman terkait

Spectrum Version 3 (The Monologues) karya Jeremy Sharma (2018)

Audio, 34 menit 30 detik (berulang)
Suara: Bradley Foisset and Tan Rachel
Pesanan khusus baru

Jeremy Sharma adalah seniman dan musisi asal Singapura.  Karya seni suara yang ditampilkan dalam pameran tersebut dipesan khusus oleh ArtScience Museum. Karya ini menonjolkan pengalaman warna.

Warna, dan cara kita memandangnya, sangat subjektif.  Setiap orang melihat warna dengan cara mereka. Apabila pengalaman visual warna dihapuskan, dan warna dideskripsikan menggunakan kata-kata, akan jelas bahwa perkataan tidak cukup untuk melukiskannya. Hasilnya, cara kita menjelaskan warna menjadi makin puitis. 

Sharma menjelajahi kecenderungan ini dalam satu karya suara minimal yang menggunakan suara sebagai materi bunyi yang utama. Aktor membaca naskah yang memadukan tulisan karya Virginia Woolf, Haruki Murakami, Marie Darrieussecq, dan Ludwig Wittgenstein, yang masing-masing mencoba mendeskripsikan warna atau pengalaman warna.  Karya seni suara yang dihasilkan menjelajahi hubungan antara persepsi warna, ingatan, dan fiksi, menjadikannya sebagai penyeimbang menarik dari seni rupa yang ditampilkan di galeri tersebut.


SuaraKehampaan >